Home > Bandung Pisan

Tradisi Munggahan Warga Bandung Dari Ziarah Kubur, Makan Bersama Hingga Bebersih Diri

Munggahan tradisi yang masih dilakukan sebagian orang di Kota Bandung
Salah seorang peziarah tengah berziarah ke makam orangtuanya di TPU Porib Bandung jelang puasa Ramadhan. Dok M Fauzi Ridwan
Salah seorang peziarah tengah berziarah ke makam orangtuanya di TPU Porib Bandung jelang puasa Ramadhan. Dok M Fauzi Ridwan

BANDUNG- Tradisi munggahan jelang bulan puasa Ramadhan masih dilakukan oleh sebagian masyarakat di Kota Bandung. Kegiatan munggahan yang biasa dilakukan yaitu mulai dari ziarah kubur, makan bersama keluarga, pulang kampung bertemu sanak keluarga hingga bebersih rumah, masjid, lingkungan hingga bebersih diri.

Di masjid-masjid, sering ditemukan pengurus masjid dan masyarakat tengah membersihkan area masjid untuk menyambut sholat tarawih pertama. Sebagian masyarakat bebersih rumah agar lebih bersih dan asri menyambut bulan puasa Ramadhan. Sebagian masyarakat pun makan bersama sebelum berpuasa penuh satu bulan dan ziarah kubur.

Tujuan munggahan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Kota Bandung yaitu untuk menyambut bulan Ramadhan dengan hati yang suci, menyambut sholat tarawih pertama dengan badan yang bersih dan masjid yang suci. Selain itu, mendoakan orangtua atau leluhur yang telah meninggal.

Tata Twin Prehatinia, dan Widiati Isana peneliti Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang menulis tentang perkembangan tradisi keagamaan munggahan Kota Bandung tahun 1990-2020 menyebut tradisi munggahan banyak dilakukan sebagian masyarakat di Kota Bandung jelang bulan puasa Ramadhan. Mengutip dari tulisan Sulasman dan Supendi, Tata dan Widiati mengatakan munggah berasal dari kata unggah yang berarti naik atau meningkat yang konon pada zaman dahulu roh dan arwah nenek moyang atau kerabat yang sudah meninggal.

“Sesuai dengan pengertiannya, kata munggah tersirat arti perihal perubahan ke arah yang lebih baik yang berasal dari bulan syaban menuju bulan Ramadhan untuk meningkatkan kualitas iman kita saat sedang berpuasa dalam bulan Ramadhan,” mengutip penelitian Ramadhani dan Abdoeh di penelitian Tata dan Widiati.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Bandung, Tata dan Widiati mengungkapkan tradisi munggahan bagian dari melestarikan tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun oleh leluhur. Namun, seiring waktu tradisi tersebut mulai berkurang dilaksanakan masyarakat dan hanya sebagian orang yang melakukannya.

Kebiasaan yang biasa terjadi pada tahun 1990 mulai luntur tetapi masih ada masyarakat yang tetap menjalankannya hingga saat ini,” seperti dikutip dari penelitiannya.

Mereka mengungkapkan sepanjang tahun 2010 hingga 2020 perkembangan tradisi munggahan semakin pudar dan jumlah masyarakat yang melaksanakan tradisi itu menurun dari tahun tahun sebelumnya karena masyarakat mulai cuek.

"Tradisi munggahan pada zaman sekarang sudah berbeda dengan dahulu karena perkembangan teknologi yang semakin meningkat. Terutama bagi kaum milenial zaman sekarang tentunya sudah jarang dilakukan oleh mereka,” kata dia.

Mereka menyebut dari sisi sejarah, proses masuk sebuah tradisi di Sunda dibawa oleh Sunan Gunung Djati yang giat melakukan penyebaran Islam dengan taktik dakwahnya ke daerah di Jawa Barat dan diteruskan oleh murid-muridnya. Tradisi yang kini masih dilakukan yaitu tradisi munggahan jelang Ramadhan.

× Image